“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”.. -SDD
Tidak asing terdengar oleh kita penggalan bait puisi di atas. Sebuah penggalan dari puisi Aku Ingin, salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono di tahun 1989 yang ia masukkan dalam buku kumpulan puisi berjudul "Hujan di Bulan Juni".
Melalui tangannya muncul imajinasi yang luar biasa dengan kata-kata sederhana. Dalam, luas, dan tak lekang oleh waktu. Banyak makna hidup yang ia siratkan dalam suratan kata-katanya. Tak heran jika banyak seniman yang memusikalisasi puisi-puisi sang maestro. Puisi-puisinya juga telah banyak dijadikan objek musikalisasi puisi yang sebagian oleh mantan-mantan mahasiswanya di UI seperti Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu sehingga menjadikannya semakin populer di kalangan anak muda.
Laki-laki kelahiran Surakata, 20 Maret 1940 semasa hidupnya telah menuliskan puluhan buku yang banyak di antaranya laris manis di pasaran. "Sebut saja "Yang Fana adalah Waktu", "Ayat-Ayat Api", "Hujan di Bulan Juni", "Melipat Jarak", "Pada Suatu Hari Nanti", dan lainnya. Beliau sempat menuliskan sebuah karya tentang kematian, tentang apa yang akan abadi darinya jika nyawa sudah tak lagi di dalam badan. Sebagai seorang sastrawan, ia betul meyakini, tulisan dan karya-karyanya lah yang akan terus ada dan abadi, meski hadirnya tak lagi ada di Bumi.
Namun berita dukanya, sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pukul 09.17 WIB. Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. Kepala Biro Humas dan Kantor Informasi Publik Universitas Indonesia (UI) Amelita Lusia membenarkan kabar meninggalnya Sapardi Djoko Damono.
"Ya, Mas," kata Amel saat dikonfirmasi Kompas.com (19/7/2020).
Rumah Sakit BSD Eka Hospital membenarkan kabar meninggalnya sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono. "Betul, beliau sudah berpulang," tutur Marketing Communication Manager RS Eka Hospital Erwin Suyanto dalam pesan teks saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (19/7/2020). Erwin menjelaskan, penyebab sastrawan kelahiran 20 Maret 1940 itu meninggal dunia disebabkan oleh penurunan fungsi organ.
"Penurunan fungsi organ ya," kata dia. Erwin mengatakan hanya sedikit yang bisa diinformasikan oleh RS Eka Hospital.
Kepergian penyair Sapardi Djoko Damono menimbulkan riak besar di jagat internet Indonesia. Walau beliau kini sudah tiada, namun karyanya tetap akan dikenang dan dicintai. Ini tercurahkan dalam puisinya berjudul Pada Suatu Hari Nanti.
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
Penulis : Hardy Pranata
Editor : Naurissa Biasini
Comments