top of page
  • Writer's picturekompressupj

Mengenang Jakob Oetama, Legenda Pers Indonesia


Jakob Oetama sosok panutan di dunia pers Indonesia. Sumber foto : Corporate Communication Kompas Gramedia.

"Kebebasan pers menyadarkan kualifikasi lain, yakni kompetensi profesional. Sangat terbatas makna kebebasan pers jika kemampuan pers menggali, meliput dan melaporkan peristiwa dan masalah sangat minimal, di bawah standar."

- Jakob Oetama, Syukur Tiada Akhir -


Sang Legenda Pers Indonesia telah pergi ke tempat peristirahatan terakhir. Indonesia kehilangan satu putra terbaiknya, Jacob Oetama, pendiri Harian Kompas dan pemilik kelompok usaha Kompas-Gramedia. Beliau tutup usia pada Rabu (9/9), pukul 13.05 WIB dalam usia 88 tahun.


Kepergian Jakob Oetama di masa pandemi Covid-19, dilepas dengan tata cara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis (10/9), dihadiri oleh kerabat, kolega, tokoh-tokoh negara.


Bapak JO, sapaan akrabnya, adalah sosok panutan di dunia pers, bidang yang konsisten ia tekuni semasa hidupnya. Dalam banyak kesempatan, pria yang memiliki tutur kata lembut dan santun ini kerap menyampaikan bahwa ia memilih profesi jurnalistik sebagai panggilan hidup. Sempat bercita-cita menjadi guru, ia dan PK Ojong lalu mendirikan Harian Kompas yang terbit pertama tanggal 28 Juni 1965.


Di kemudian hari, usaha penerbitan yang dikelolanya beranak pinak, bahkan sukses merambah ke beragam bidang usaha. Dikutip dari buku Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama yang disusun St. Sularto, pada 50 tahun usia Kompas, 28 Juni 2015, Kompas-Gramedia menaungi 20.000 karyawan.


Pada setiap kesempatan berkumpul dengan karyawan, Jakob Oetama selalu mengingatkan bahwa KG adalah 'Indonesia mini' , spirit yang dituangkan dalam produk-produk media di bawah naungan KG yang memberi tempat pada keberagaman dan berpihak pada kemanusiaan.


Meski sejarah kemudian mencatatnya sebagai pengusaha sukses, pria yang pernah mengenyam pendidikan seminari ini tetap lebih suka disebut sebagai wartawan. Menurutnya, wartawan itu sosok unik, seniman sekaligus ilmuwan. Wartawan dituntut untuk terus bertanya, menggugat, bersikap kritis dan tidak boleh cepat puas. Sumbangan pemikirannya selalu mewarnai perjalanan pers Indonesia.


Penulis berfoto bersama Bapak Jakob Oetama, pada ulang tahun Tabloid Otomotif ke 6, tahun 1997.

JO adalah tokoh inspiratif, bukan hanya bagi insan pers, juga bagi masyarakat Indonesia. Pun begitu, sejauh apapun pencapaian hidupnya, JO tetap dikenal sebagai pribadi bersahaja, membumi dan mengayomi. Ia adalah sosok 'Bapak sejati' bagi banyak orang yang mengenalnya secara langsung, atau tidak langsung.


Hebatnya, Jakob Oetama tidak pernah membanggakan diri bahwa keberhasilan Kompas-Gramedia adalah hasil perjuangannya sendiri. Ia kerap mengatakan bahwa keberhasilan perusahaan yang dipimpinnya adalah berkat kerja keras, sinergi dan karena diberkati Allah. Provedentia dei. Semua terjadi karena penyelenggaraan Allah.


Kini Sang Legenda telah tiada. Tapi karya dan kebaikan budinya, lekat dalam kenangan.

Sugeng tindak, Bapak Jakob Oetama. Selamanya Bapak akan dikenang sebagai sosok luar biasa yang ikut memajukan pers Indonesia.


Penulis: Emma Aliudin, Praktisi Media dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya.

Edited and Approved by : Naurissa Biasini

95 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page