top of page
Writer's picturekompressupj

NOYAKI, Festival ‘Membakar’ Gunung di Jepang

Ditulis oleh: Clara Evi C. Citraningtyas

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Jaya


Ada yang unik di Jepang. Setiap tahunnya terlihat ada gunung yang ‘terbakar’. Jangan khawatir, ternyata kegiatan ‘membakar’ gunung ini memang disengaja, dan banyak manfaatnya! Koq bisa? Yuk simak alasannya.


Kegiatan ‘membakar’ gunung ini disebut Noyaki (野焼き). Sebenarnya Noyaki sendiri adalah proses membakar rumput liar di gunung. Jadi yang dibakar adalah rumput liar yang tumbuh di gunung, sehingga menimbulkan kesan ‘membakar’ gunung. Ada beberapa lokasi gunung yang biasa ‘dibakar’, salah satunya adalah Gunung Aso yang terletak di Pulau Kyushu di Jepang Selatan. Gunung Aso (阿蘇山, Aso-san) adalah gunung berapi aktif yang paling besar di Jepang. Puncaknya mencapai 1592 meter, dan kawahnya mencapai 25 km. Bisa dibayangkan seberapa besar Gunung Aso ini, kan?


Mengapa dilakukan pembakaran rumput liar di gunung tersebut? Membakar rumput liar ini penting, karena akan menjaga kelestariannya. Apabila tidak dikontrol dan dibakar setiap tahun, rumput liar itu akan tumbuh tak terkendali, dan berdampak buruk pada keseimbangan ekosistem. Oleh karenanya dilakukanlah ‘pembakaran’ gunung ini, yang sudah berlangsung turun temurun, bahkan hampir 1000 tahun di Jepang.


Kapan mereka ‘membakar’ gunung? Biasanya dilakukan di akhir musim gugur, atau sekitar bulan Februari – Maret. Karena dilakukan pada malam hari, maka menjadi pemandangan yang indah dan unik yang menerangi malam gelap gulita. Namun bagi mereka yang belum tahu, bisa saja panik karena menyangka ada gunung meletus.


Siapa sih yang ‘membakar’ gunung tersebut? Ternyata pembakaran dilakukan oleh para relawan yang berasal dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari luar Jepang. Para relawan tersebut harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan khusus sebelum diperbolehkan bergabung dalam tim membakar gunung. Demi keamanan, kegiatan ini harus dikendalikan dengan ketat. Oleh karenanya, jadwal yang sudah direncanakan bisa saja bergeser karena faktor cuaca. Pembakaran dimulai dari puncak kawah, dan turun kaki gunung. Total area yang dibakar di Gunung Aso adalah 2200 hektar.


Proses pembakaran Gunung Aso

Begitu selesai ‘dibakar’, Gunung Aso akan tampak hitam dan gundul. Namun gunung ini tidak akan terlalu lama gundul, karena hanya dalam beberapa minggu, pemandangan akan berubah. Di awal musim semi, rumput baru akan mulai tumbuh dan Gunung Aso menghijau lagi. Saat itulah berbagai jenis serangga, binatang melata, dan kupu-kupu langka bermunculan. Gunung Aso kembali tampak cantik dan hijau, dan menjadi rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna.


Selain bermanfaat besar bagi keseimbangan ekosistem, kegiatan ‘membakar’ gunung ini juga menjadi sebuah festival budaya, lho! Konon katanya, Gunung Aso harus dibakar setiap tahun, untuk membujuk para dewa agar tidak mengaktifkan gunung berapi tersebut. Seperti kita ketahui, Gunung Aso adalah gunung berapi terbesar di Jepang, yang masih aktif. Bisa dibayangkan seperti apa seandainya gunung tersebut meletus. Selain itu, kegiatan ini menjadi awal dimulainya Festival Api di daerah tersebut, yang akan berlangsung selama sebulan penuh. Begitu festival ini selesai, musim semi akan datang, Gunung Aso sudah hijau dan bunga Sakura bermekaran. Ah cantiknya.


Gunung Aso setelah pembakaran yang menjadi terlihat rapi dan cantik

sumber gambar: https://www.aso-denku.jp/english/2021/03/noyakicontrolled-burningat-matoishi-bokuya/


Approved by: NB

19 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page