top of page
  • Writer's picturekompressupj

Stres Akibat WhatsApp, Ini Tips Mengelolanya

Ditulis oleh: Ratna Puspita, S.Sos., M.Si.

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya


Telepon seluler (ponsel) mengaburkan ruang pribadi dan publik sejak awal kemunculannya. Pada perkembangan awalnya, ponsel sebagai media sebagai komunikasi dua arah membawa percakapan pribadi seperti antara dua orang suami dan istri masuk ke ruang publik seperti stasiun kereta dan terminal bus.


Pengaburan batas menjadi meluas ketika ponsel memasuki era III dengan kehadiran teknologi 3G-5G, smartphone, dan komunikasi multimedia. Pengguna ponsel dapat mengirimkan pesan untuk menjaga hubungan interpersonal dan memproduksi konten untuk disiarkan kepada banyak orang menggunakan perangkat yang sama. Pengguna ponsel dapat dengan cepat berpindah dari pengiriman pesan informal ke pengiriman pesan formal.


Pengaburan ruang pribadi dan publik serta informal dan formal di telepon seluler ini paling sering terjadi dalam satu aplikasi, yakni WhatsApp. Berdasarkan laporan digital Hootsuite (We Are Social) pada Januari 2023, Whatsapp menjadi platform media sosial yang paling banyak digunakan (92,1 persen) oleh pengguna internet berusia 16-64 tahun.


Semakin canggih teknologi, semakin dekat dengan kebutuhan kita, namun di satu sisi memiliki dampak negatif terutama pada pengaburan ruang pribadi. Sumber foto: WIX

Penggunaan sebuah aplikasi ponsel seperti WhatsApp akan berdampak pada diri penggunanya. Misalnya, pengguna mengeluhkan pesan terkait pekerjaan yang masuk pada jam istirahat atau libur sehingga mengaburkan batasan antara waktu profesional dan waktu personal.


Survei yang dilakukan Jasiya Jabbar, Sohail Iqbal Malik, Ghaliya AlFarsi & Ragad M. Tawafak (2020) di antara para pekerja di AlBuraimi University College, Oman, menunjukkan bahwa responden sebenarnya lebih memilih WhatsApp sebagai komunikasi informal. Meski memiliki dampak positif seperti memudahkan berbagi ide, WhatsApp memiliki sejumlah konsekuensi seperti intervensi privasi dan mengurangi konsentrasi.


Penelitian yang dilakukan oleh Nicole Blabst dan Sarah Diefenbach (2017) dari Ludwig Maximilians University Munich menunjukkan bahwa mayoritas responden melaporkan penggunaan WhatsApp memiliki nilai stres yang tinggi. Dalam konteks ini, tantangannya adalah menyeimbangkan antara momen-momen bermakna dan momen-momen yang dapat membuat stres.


Berikut tipsnya untuk menyeimbangkan kedua momen tersebut:


1. Tetapkan momen bermakna dan momen stres

Blabst dan Diefenbach (2017) mengatakan bahwa penggunaan teknologi komunikasi secara umum membuat orang tidak ingin melewatkan sebuah momen, tetapi orang juga merasakan peningkatan tekanan dari penggunaan berbagai media komunikasi yang berbeda. Untuk itu, Anda perlu menetapkan momen-momen yang dimediasi oleh WhatsApp: apa saja momen yang tidak ingin Anda lewatkan atau momen bermakna dan apa saja momen yang dapat memunculkan stres.


2. Batasi obrolan tunggal (single chat)

WhatsApp memungkinkan Anda melakukan banyak obrolan tunggal (single chat). Blabst dan Diefenbach (2017) menjelaskan bahwa obrolan tunggal membuat orang melakukan “kedalaman komunikasi”. Karena itu, Anda perlu menetapkan batasan berapa banyak obrolan tunggal yang dapat Anda tangani. Apakah Anda mampu menangani sepuluh obrolan tunggal atau hanya satu obrolan tunggal? Anda juga bisa membatasi obrolan tunggal berdasarkan keterikatan emosional. Misalnya, Anda tidak melakukan obrolan tunggal tentang pekerjaan dengan rekan kerja di luar jam kerja.


3. Komunikasi terarah dan terukur

Blabst dan Diefenbach (2017) menjelaskan bahwa WhatsApp dapat memenuhi kebutuhan penggunanya untuk memiliki keterkaitan dan kepemilikan dengan orang lain, yang berdampak pada well-being (kenyamanan dan bahagia). Karena itu, Anda perlu melakukan komunikasi yang terarah dan teratur dengan orang yang memiliki ikatan kuat.


4. Jangan dikendalikan oleh fitur

Blabst dan Diefenbach (2017) menjelaskan bahwa berbagai fitur pada WhatsApp seperti Last Seen dan Read Receipts dapat menimbulkan suasana stres. Responden melaporkan efek kritis dan emosi negatif yang terkait dengan fitur tersebut. Untuk itu, Anda perlu mengatur pikiran Anda untuk mengabaikan apakah pesan Anda sudah dibaca atau kapan terakhir kali seseorang sedang online di WhatsApp.


Sumber:

https://www.scienceopen.com/hosted-document?doi=10.14236/ewic/HCI2017.85


7 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page