top of page
  • Writer's picturekompressupj

SUKSES MEMBANGUN PERSONAL BRAND YANG KUAT


Memiliki personal brand yang kuat memberikan benefit yang bersifat pribadi dan profesional bagi orang yang bersangkutan.

Ditulis oleh: Dr. Yohanes Totok Suyoto, S.S, M.Si, CPM (ASIA)

Dosen Tetap dan Kepala Program Studi Manajemen

Universitas Pembangunan Jaya


Eksistensi dunia mengalami perubahan yang mendalam. Saat ini kita hidup dan ada di era baru perubahan yang memperlakukan identitas sebagai aset pribadi yang sangat penting dan dinilai memberikan banyak manfaat. Kalau membaca sejarah mengenai perjalanan kesadaran manusia akan identitas, kita dapat menemukan gambaran jelas bahwa ada saatnya dimana hanya kalangan selebritis dan perusahaan besar saja yang memiliki personal brand. Orang-orang biasa di zaman itu tidak memiliki kesadaran kuat akan pentingnya personal brand dan menciptakan daya upaya yang strategis untuk membangun dan mengubahkannya menjadi aset yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan.


Kalangan masyarakat biasa bukan hanya tidak mampu mengerjakan tetapi juga tidak memiliki akses dan sumberdaya untuk membangunnya. Keadaan sudah berganti. Kemajuan teknologi dan instrumen yang mengikutinya memungkinkan personal branding terbuka bagi semua orang. Setiap orang yang sadar akan kebutuhan itu dapat dengan mudah menggunakan setiap akses dan fasilitas yang tersedia untuk membangun personal brand-nya. Di sini kita dengan ringan membicarakan apa personal brand itu dan bagaimana cara membangun personal brand yang kuat. Sebelum sampai pada poin itu, kita coba melihat dulu mengapa personal brand itu penting.


Kita membicarakan personal brand dalam tataran individu perseorangan. Memiliki personal brand yang kuat memberikan benefit yang bersifat pribadi dan profesional bagi orang yang bersangkutan. Secara pribadi, personal brand membuat orang mendapat rekognisi yang sesungguhnya dibutuhkan setiap orang. Ia dapat mejadi dikenal, diakui, dan menjadi rujukan. Dengan menjadi terkenal, orang tidak hanya menjadi public figure yang termasyur melainkan juga menjadi gambaran ideal tentang seperti apa orang lain harus menjadi. Karena kualitas pencapaian dalam hidup, tidak jarang juga orang kebanyakan menjadikannya sebagai pribadi yang diharapkan untuk hanya sekedar ditemui atau bahkan dilihat. Akan sangat membanggakan bisa sampai mendapatkan senyuman, lambaian tangan, bahkan pelukan yang menyejukkan.


Banyaknya orang lain yang mengenal dan menjadi penggemar itu membuat kehadirannya sangat dibutuhkan untuk memberikan keteguhan, penguatan harapan, harga diri, dan bahkan penegasan konsep-diri. “Aku itu seperti dia lho”. Bukankah ketika bertemu orang yang semacam itu kita merasa diri exist, impian seakan menjadi nyata, bangga, dan serasa diri menjadi mantap. Itu bagi orang dengan personal brand yang kuat tidak hanya menjadikannya termasyur, melainkan juga memungkinkan mendapatkan kekuatan finansial dari proses monetizing yang dijalankan.


Personal brand tidak hanya memberikan manfaat bagi orang yang bersangkutan, melainkan juga bagi organisasi dimana dia bernaung. Organisasi mendapatkan manfaat dari profesionalitas figur pegawai yang mendapatkan rekognisi dari kalayak masyarakat. Itu membawa dampak positif bagi keterkenalan pada organisasi. Itulah sebabnya mengapa organisasi semestinya memberikan ruang penciptaan personal brand yang seluas-luasnya. Target audience-nya dapat menjadi target market potensial bagi organisasi. Organisasi semakin mampu membangun trust dan confidence. Kredibilitas semacam itu penting bagi organisasi untuk bertumbuh dan berkembang di tengah lingkungan persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini. Selain itu, personal brand memungkinkan organisasi menjadi memorable dan namanya terpatri di dalam benak dan hati masyarakat. Kesan kuat yang terbangun membuat organisasi menjadi bagian dari perjalanan yang tidak terlupakan.


Secara sederhana personal brand dipahami sebagai identitas yang merepresentasikan kepakaran, keunggulan, keterkenalan, dan kualitas seseorang. Masyarakat menggunakan identitas personal itu untuk mengidentifikasikan orang tersebut dan membedakannya dengan orang lain. Misalnya, Oprah Winfrey menjadi kekaguman banyak orang karena dengan namanya ia melakukan pekerjaan besar membangun diri sebagai pemimpin media global. Elon Musk menjadi representasi dari bisnis besar otomotif, Tesla, dan proyek wahana antariksa, SpaceX. Figur Elon Musk dengan kemasyuran nama dan segala karakteristik yang melekat padanya menjadi personal brand yang kokoh. Bersumber pada apa yang dilakukan itu, masyarakat dunia mengenalnya sebagai pengusaha yang visioner dan individu yang memahami dengan benar bagaimana caranya melakukan inovasi dalam bidang yang dikuasasinya. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita belajar untuk membangun personal brand kita masing-masing?

Jawaban atas pertanyaan itu tidak mudah. Kita dapat mencapai personal brand yang kuat apabila kita melakukan aktivitas personal branding yang efektif. Itu merupakan serangkaian kegiatan merencanakan dan menjalankan keputusan strategis personal untuk membangun diri sendiri. Untuk mencapai personal brand yang kuat, kita harus melakukan aktivitas personal branding. Personal branding adalah kegiatan yang direncanakan dan dijalankan untuk menciptakan personal brand. Aktivitas-aktivitas seperti apa sajakah itu? Di sini kita akan menyebutkan tiga aktivitas pokok saja.


Pertama, kita harus mengenali diri sendiri. Mengenal diri berarti memahami diri dengan baik dan mampu menentukan pilihan kekuatan yang kita miliki untuk dikembangkan dengan sebaik mungkin. Pengenalan terhadap diri sendiri menjadi dasar kita bergerak maju untuk meningkatkan kualitas diri sesuai dengan bakat dan potensi yang menjadi kekuatan kita. Upaya yang konsisten dan persisten dalam membangun diri itu akan bermuara pada kualitas unggul yang dapat kita peroleh melebihi orang-orang lain. Bukan hanya kekuatan dan potensi yang harus dikenali, tetapi juga kebiasaan dan kecenderungan tidak teratur yang dapat berakibat pada kegagalan.


Dalam kaitan dengan hal terakhir, kita harus mampu meminimalkan kelemahan untuk dapat menghindari kegagalan. Bahkan kelemahan menjadi pelecut diri untuk berkerja extra miles agar mampu sampai pada terwujudnya impian yang dibayangkan. Kita juga perlu mengetahui minat, keinginan, dan passion kita agar mampu mengerjakan apa yang dibutuhkan untuk menggapai jati diri yang melampaui yang dipikirkan. Tidak kalah pentingnya juga kita harus mengetahui kepribadian yang kita miliki dan nilai inti yang berguna untuk membangun budaya kerja pribadi. Tentunya semua upaya itu diarahkan pada upaya mencapai kapasitas dan kualitas diri dengan derajad yang tidak pernah dimiliki oleh orang yang lain. Di situ dibutuhkan bukan hanya memiliki pengetahuan dan skill bekerja secara konsisten dan persisten, melainkan juga menghayati seluruh perjalanan yang ditempuh dengan resiliensi dan daya juang yang tidak pernah patah.


Kedua, kita mengenali siapa yang menjadi target audiens kita. Target audiens adalah sasaran individu atau kelompok masyarakat yang kepadanya kita ingin membangun komunikasi dan relasi. Kepada mereka semua, kita menghayati perjalanan dalam membangun aspirasi, nilai, impian, sasaran, dan tujuan yang mampu membuat target audiens kita mendapatkan citra dan impresi tentang kita yang keunikannya tidak tergantikan. Ikatan emosional harus dibangun. Melalui komunikasi dan relasi yang intensif, kita mampu membawa target audiens kita mencapai apa yang mereka harapkan dengan mengaca pada perjuangan perjalanan yang ditempuh. Kita membangun jalan dan membagikan jalan itu bagi target audiens. Itu dapat dilakukan dengan baik jika kita benar-benar memahami siapa sesungguhnya target audiens kita.


Ketiga, kita menjalankan komunikasi yang efektif kepada target audiens. Tujuannya tidak pertama-tama hanya menciptakan persepsi, melainkan menyampaikan realitas yang sesungguhnya. Itu memungkinkan target audiens membangun persepsi yang tepat diatas realitas diri kita yang benar-benar memiliki kualifikasi yang mantap. Memang ada adagium yang mengatakan bahwa dalam branding persepsi lebih penting daripada realitasnya. Namun, adagium itu menyiratkan risiko besar ketika kita ditemukan tidak memiliki realitas seperti yang mereka harapkan, upaya kita membangun personal brand akan hancur berantakan.


Komunikasi yang efektif didasarkan pada isi pesan yang sesuai dengan realitasnya. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai platform, baik offline maupun online. Platform offline tidak boleh dikesampingkan. Ditengah merebaknya kegemaran dan kebiasaan target audiens terhadap platform online, kita dapat memanfaatkannya untuk mengkomunikasikan pesan personal brand. Kita dapat menyebutkan bentuknya, seperti podcast, blog, vlog, website, instagram, twitter, dan lain sebagainya. Patut menjadi catatan pinggir yang penting bahwa masing-masing platform komunikasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga sikap kreatif untuk mempersatukannya menjadi media yang integratif yang mampu mengangkat diri kita merupakan bagian syarat yang tidak boleh dilupakan.


Keempat, kita memperhatikan etika pengembangan diri. Sebagai manusia sejati, kita tentunya tidak boleh melepaskan semua upaya kita untuk membangun diri dari nilai-nilai etika. Nilai etika, mungkin bagi sebagian orang, menjadi hal yang dinilai menjauhkan orang dari keberhasilan. Itu tidak benar. Ketaatan orang pada nilai etika justru akan membawanya pada kesejatian diri yang kokoh. Personal branding tidak bisa tidak menghayati nilai-nilai moral sebagai landasan berpikir dan bertindaknya. Misalnya, nilai kejujuran tentu akan membawa orang pada otentisitas diri yang membuatnya benar-benar pribadi yang unik dan tidak mudah terpecahkan oleh kepalsuan. Keberanian mengambil risiko akan membuat orang berani tampil untuk mengambil segala tanggungjawab terhadap apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan padahal seharusnya dilakukannya. Selain itu, sikap yang berani fokus pada realistas dan bukan pada persepsi akan membantunya untuk senantiasa tetap kritis bahkan pada dirinya sendiri. Diatas sikap kritis itu, kita mampu mengangkat diri menjadi pribadi yang diidealkan.


Membangun personal brand itu membutuhkan proses. Proses itu seringkali membutuhkan waktu panjang dan menuntut banyak pengorbanan dan upaya kecil-besar yang bisa jadi sangat melelahkan serta tidak menyenangkan. Tidak pernah ada kesuksesan instan yang dapat bertahan ditengah terpaan badai. Perjuangan dalam perjalanan yang panjang dan melelahkan seringkali membuat kita menjadi pribadi yang memiliki personal brand yang kuat. Benarlah apa yang dimaksudkan dalam kalimat ini “if you can take it, you can make it”. Selamat membangun personal brand Anda sendiri.


Profil Lengkap Dr. Totok dapat dilihat di:


Aprroved and Edited by: NB

375 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page